Selasa, 18 Maret 2014

Melepasmu

Senja kala itu...
Membangunkanku dari mimpi indah di siang hari..
Menjemputku dalam perpisahan..
Menjauhkanku dari kepercayaan..
Mengajakku untuk pergi jauh dari hadapanmu..

Pelukan yang tak lagi hangat..
Genggaman yang tak lagi erat..
Canda yang tak lagi terdengar..

Begitu sepi....
Begitu hampa....
Begitu kosong....

Kemana kamu yang dulu selalu membuat istana bunga dihatiku bermekaran ?
Kemana kamu yang dulu selalu menerangi gelapku ?
Kemana kamu yang dulu selalu meneduhkanku ?
Apa kau sudah lupa akan tugasmu itu ?

Matahari tak pernah lupa bersinar walau harus melawan malam..
Bulan tak lupa bersinar setelah menaklukan siang..
Bintang pun tak enggan bersinar untuk melihatkan keindahannya..

Mereka jauh tapi datang setiap hari..
Aku tak mengenalnya tapi mereka setia melayani..
Bagaimana dengan aku dan kamu yang saling mengenal dan hanya terpisah jarak ?

Dunia ini begitu kejam dengan memperkenalkan perpisahan..
Mengapa harus ada perpisahan jika pertemuan itu indah ?
Mengapa harus pergi jika kedatangannya dinantikan ?
Mengapa harus ada air mata jika senyum itu baik ?
Tapi terkadang aku harus mengerti bahwa kemarau dan hujan itu sama-sama baik..

Taukah kamu bahwa langkahku mulai merapuh ?
Karena aku lelah....
Aku lelah berjalan sendiri mencari cintamu..
Aku lelah harus berlari mengejar bayangmu..
Aku lelah harus berenang untuk mengetahui isi hatimu..

Di bawah guyuran hujan aku menangis..
Membayangkanmu yang tak pernah kembali..
Mungkin disana kamu sudah bahagia..
Mungkin dihatimu sudah bukan namaku lagi yang terukir..
Mungkin senyummu sudah bukan untukku lagi kau persembahkan..
Mungkin bukan aku lagi yang kau harapkan mengisi sela-sela jarimu..

Minggu, 16 Maret 2014

Empat Musim - Poetry

Musim pertama...
Aku mengenal apa itu cinta seiring bunga yang mulai bermekaran..
Kupu-kupu berterbangan hinggap diatasnya..
Begitu indah dan membuat setiap insan mengumbar senyum ketika melihatnya..

Harus ku akui bahwa kehadiranmu membawa senyum baru bagiku..
Senyum yang tulus..
Senyum yang tlah terhapus dari luka..
Senyum yang mengandung satu makna, kebahagiaan..

Aku hanyut dalam mimpi tentangmu..
Aku tenggelam dalam pekatnya malam yang bertabur bintang..
Gelap memang..
Tapi cahayamu tak pernah redup menemani..
Membuatku terjaga dalam setiap lelapku..

Musim kedua...
Gerimis mulai turun sesekali untuk melunturkan anganku yang terlalu tinggi..
Petir sesekali menyambar dan sedikit mematahkan semangatku untuk meyakinkan bahwa kamu yang terbaik..

Aku masih berdiri..
Aku masih bertahan..
Karena senyummu masih menguatkan kedua kakiku yang mulai goyah..
Genggaman tanganmu pun masih kuat menggenggamku seakan kau katakan "jangan pergi" walau itu bukan mulutmu yang berbicara..
Tapi hatimu yang mengisyaratkan..

Musim ketiga..
Matahari mulai menyinari dengan kuatnya..
Mengeringkan daun-daun yang basah..
Membuatnya menjadi ringan dan mudah terbawa angin tanpa arah..

Kau terkadang berlari mengejarnya ketika kau membutuhkan kehadiranku..
Tapi tak jarang kau hanya memandangnya dan membiarkanku terbang..
Ya.. Kau lelah untuk mengejarku..
Pedulimu tak lagi seperti musim pertama..
Genggamanmu tak sekuat musim kedua..

Musim keempat..
Hujan terlalu deras..
Membuatku basah tanpa ampun..
Membiarkanku menggigil dalam menghadapi badai..

Dan tak ada lagi payung yang meneduhkanku..
Tak ada lagi pelukan yang menghangatkanku..
Tak ada lagi genggaman yang mengajakku memasuki istanamu..
Kau hanya memandangku dari kejauhan..
Menganggapku hanya daun kering yang hancur diterpa hujan..

Aku tak memiliki arti tapi aku memberi kenangan..
Aku kini patah tapi aku belum hancur..
Aku terjatuh tapi aku belum tenggelam..
Aku....
Aku....
Aku....
Aku masih bertahan disini untuk meneruskan empat musim ini bersamamu..

Nyanyian Hujan - Poetry

Aku berdiri di tepian jendela..
Memandangi tiap tetesan air yang jatuh dari langit membawa aroma yang membangkitkan kenangan..
Bau tanah yang khas itu membawa kembali candamu yang tlah lama kurindukan..

Tempat ini menjadi saksi bisu kenangan dua orang yang sedang hanyut dalam asmara..
Canda tawa yang membuat hiruk pikuk..
Warna yang terlukiskan jika digambarkan..

Tapi kini...
Dinding ruangan ini terasa dingin dan seakan merindukan kehangatan seperti dulu..
Ruangan ini sepi dan seakan merindukan tawa seperti dulu..

Berkali ku katakan pada dinding bahwa semua hanya masa lalu..
Semua tlah berlalu dan jangan kau berharap untuk kembali..
Dia tlah mewarnai gambar-gambar yang lain..
Dia tlah menghangatkan dinding yang lain..
Dan dia tlah meramaikan ruangan yang lain..

Hujan....
Basahi aku dalam tiap tetesmu..
Dinginkanku dari panasnya menahan rindu..
Hanyutkanku untuk melupakan masa lalu..

Biarkanku menjadi butiran-butiranmu..
Biarkanku membasuh mereka yang terluka..
Biarkanku ikut terhanyut bersama tetes air mata..
Biarkanku larut bersama perihnya masa lalu..

Dan sambutku dengan pelangimu ketika ku membuka mata..
Katakan padaku bahwa semua hanya mimpi belaka..